IDNTimesID.com – Pemerintah tengah mempertimbangkan
penggunaan daun kelor sebagai alternatif susu dalam Program Makan Bergizi
Gratis (MBG) untuk merespons tantangan di mana tidak semua anak dapat menerima
susu dalam program tersebut. Wacana ini diusulkan oleh Kepala Badan Gizi
Nasional, Dadan Hindayana, sebagai langkah responsif terhadap masalah gizi.
Wacana Penggantian Susu dengan Daun Kelor
Penggantian susu dengan daun kelor sebagai bahan alternatif dalam menu makan bergizi ini
juga pernah disampaikan oleh Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat,
Muhaimin Iskandar. Hal ini disampaikan pada 25 Desember 2024 dan
dipertimbangkan untuk diterapkan dalam program Makan Bergizi Gratis yang telah
dimulai pada 6 Januari 2025, khususnya di sekolah dasar dan menengah.
Lalu, apakah daun kelor benar-benar dapat menggantikan susu
dalam menu makan bergizi? Berikut pendapat ahli gizi mengenai kandungan daun
kelor.
Baca Juga: Program Makan Gratis Harus Prioritaskan Daerah 3T
Kandungan Nutrisi pada Daun Kelor
Dokter Spesialis
Gizi Klinis, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK, menjelaskan bahwa
daun kelor mengandung sejumlah nutrisi penting seperti protein, serat,
elektrolit, dan vitamin. "Daun kelor mengandung protein dari sumber
nabati, meskipun jumlahnya cukup rendah, yaitu kurang dari 5 persen,"
jelas dr. Nurul kepada Kompas.com pada Kamis (9/1/2025).
Ia menambahkan bahwa kandungan utama daun kelor adalah
serat, vitamin, dan mineral, terutama kalsium. "Daun kelor bisa menjadi
sumber kalsium dari bahan nabati, meskipun kandungan proteinnya relatif
rendah," tambahnya.
Baca Juga: Apa Efek Samping dari Minum Cuka Sari Apel Setiap Hari? Berikut Penjelasannya
Apakah Daun Kelor Bisa Menggantikan Susu?
Jika daun
kelor digunakan untuk menggantikan susu dalam program makan bergizi, menurut
dr. Nurul, sayuran ini harus memiliki kandungan nutrisi yang setara dengan susu
sapi atau susu nabati lainnya seperti susu kedelai atau susu kacang almond.
"Kandungan energi dan proteinnya harus cukup dan dilengkapi dengan
fortifikasi vitamin dan mineral," ujar dr. Nurul.
Lebih lanjut, jika tujuan program ini adalah untuk mengatasi
kurang gizi dan stunting, ia mengingatkan bahwa kandungan energi dan protein
yang lebih tinggi dibutuhkan dibandingkan susu standar yang tersedia di
pasaran.
Post a Comment